MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK MELALUI PEMAHAMAN
GAYA BELAJAR
Salam sukses guru Indonesia, artikel di bawah ini
sangat bagus dibaca oleh Bapak/ibu guru, tulisan dari Ir. Akhir Winardi, SPsi.
MM. ( ISPSI : 024.220672.PSI.2003 ) Psikolog dan Konsultan Pendidikan.
Mengungat banyaknya anggapan tentang perilaku anak didik yang kadang kita
tidak tahu penyebabnya, sehingga kadang kita menyebutnya “anak nakal atau anak Hiperaktif” SILAHKAN
DIBACA…SEMOGA MENDAPAT PENCERAHAN. AMIN.
Dalam dunia orang dewasa, bukan masalah besar
kalau kita tidak bisa menguasai dan mahir dalam semua bidang. Meski demikian
banyak orang tua saat ini yang memberi beban berat kepada anak- anaknya.Mereka
mengharapkan anak – anaknya dapat menguasai “semua” bidang. Setiap hari mereka
dituntut berprestasi baik dalam bidang matematika, membaca, menulis, berbicara,
mengeja, menghapal, pemahaman konsep, pemecahan masalah, sosialisasi, olah
raga, dan mengikuti perintah verbal. Sampai saat inipun masih banyak
orang yang berpendapat bahwa jika seorang anak mampu menguasai semua bidang
diatas, maka dikatakan anak itu cerdas.
Dalam beberapa tahun terakhir ini telah
berkembang teori kecerdasan majemuk yang dipelopori oleh Howard
Gardner, seorang professor pendidikan dari Harvard University.Beliau
menyatakan bahwa otak merupakan organ yang sangat kompleks dengan kapasitas
yang jauh lebih besar untuk belajar ketimbang yang saat ini dipakai manusia.
Sebagian dari kita memiliki otak yang mampu menyerap banyak informasi
sekaligus, namun ada juga yang hanya mampu menyerap dan memproses info sedikit
demi sedikit. Ada yang mampu menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi dalam
otak dengan cepat sementara ada yang melakukan hal tersebut dengan lambat. Ada
jenis pikiran yang lebih suka menggunakan hasil pemikiran sendiri daripada
mengambil ide orang lain, ada yang sebaliknya. Jadi kita memiliki otak yang
memiliki rangkaian tertentu,yang menonjol dalam suatu bidang dan lemah dalam
bidang yang lain. Disadari atau tidak, banyak anak- anak yang merasa
“terluka” secara emosional . merasa gagal, dan tidak berarti ketika harus menghadapi
kenyataan bahwa mereka tidak bisa memenuhi harapan orang- orang yang ada
disekelilingnya. Atau bahkan tidak mampu memenuhi harapan dan tuntutan orang
tua terutama dibidang akademis.
Dalam perkembangan psikologi saat ini seringkali
kecerdasan majemuk dikacaukan dengan gaya belajar. Hal ini dapat menimbulkan
kesalah pahaman tentang pengertian gaya belajar. Gaya belajar adalah cara yang
diambil oleh masing-mmasing orang dalam menyerap informasi baru dan sulit,
bagaimana mereka berkonsentrasi, memproses dan menampung informasi yang masuk
ke otak. Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, dalam
karya mereka Neuro Linguistic Programming ( NLP ) mengemukakan bukti
kuat bahwa secara umum kita memiliki ciri belajar yang dominan yaitu: visual,
auditori dan kinestetik.
Kemudian Ken Dunn dan Rita Dunn
mengemukakan factor pendukung gaya belajar meliputi: Lingkungan,
Emosional, Sosiologis, Fisiologis, dan psikologis. Barbara
Prashnig dalam bukunya The Power of Learning Styles menulis bahwa gaya
belajar dipengaruhi juga oleh kerja otak. Dominasi kerja otak
kiri menghasilkan gaya pemrosesan analitis sedangkan dominasi kerja otak kanan
menghasilkan gaya pemrosesan holistis. Penelitian para ahli pendidikan
menemukan bahwa 3/5 gaya belajar bersifat genetis, sisanya
ketekunan dan pengalaman. Ada baiknya mulai dari sekarang kita lebih
memperhatikan gaya belajar anak- anak kita . Dengan begitu potensi yang ada
pada anak akan lebih berkembang dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang gaya
belajar visual ( penglihatan ), auditori ( pendengaran ) dan kinestetik (
physical ) walaupun pada perkembangan selanjutnya terdapat gaya belajar
nature (alamiah) dan conceptual. Anak dengan gaya belajar visual
cendrung lebih cepat menyerap informasi dengan melihat bagaimana guru
menerangkan didepan kelas baik dengan alat Bantu tulisan, data maupun gambar.
Anak seperti ini dinamakan visual learner.
Anak dengan gaya belajar auditori cendrung lebih
cepat menyerap pelajaran dan berkonsentrasi bila mendengarkan guru menjelaskan
didepan kelas dan sekaligus menjawab pertanyaan- pertanyaan yang diajukan.Anak
seperti ini dinamakan auditori learner. Anak dengan gaya
belajar physical cendrung lebih cepat menyerap informasi bila ada alat Bantu
dan aneka alat peraga.Anak seperti ini lebih bisa berkonsentrasi bila
menggerakkan satu atau lebih bagian tubuhnya. Anak seperti ini dinamakan physical/Kinestetik
learner.
Ada sebuah ilustrasi menarik. Disebuah kelas
nampak bu guru tengah asyik bercerita tentang metamorfosis kupu- kupu.Sesekali
bu guru melontarkan pertanyaan- pertanyaan dan anak- anak bersahutan menjawab.
Namun apa yang dilakukan Dio? Ia malah kelihatan asyik dengan permainan balok
susun didepannya, seolah–olah tidak memperhatikan bu guru. Namun anehnya jika
ditanya, ia mampu menjawab dan sesekali bibirnya tersenyum jika bu guru
melontarkan gurauan.Anda pernah menemukan type anak seperti ini? Ini
gambaran anak physical learner. Anak seperti ini terlihat tidak bisa
duduk tenang. Selalu ada saja yang dipegang atau diotak- atik. Tetapi harus
bisa dibedakan dengan ADHD atau gangguan pemusatan perhatian.
Anak type physical learner tidak mengalami
gangguan pemusatan perhatian dan tetap bisa berkonsentrasi, hanya gaya
belajarnya saja yang menuntut ia untuk selalu bergerak.Adakalanya orang tua
mendapati anaknya mengalami kegagalan dalam menyerap pelajaran disekolah.
Jangan buru- buru mencap anak tersebut bodoh atau tidak cerdas. Mungkin saja
gaya belajar si anak tidak sama dengan gaya mengajar guru dikelas. Guru tidak
paham atau kurangnya pengetahuan mengenai gaya belajar. Hal ini menyebabkan
potensi anak tidak optimal disekolah.
Guru yang memiliki type visual/ auditori tentu
akan merasa terganggu dengan anak didiknya yang memiliki gaya belajar
kinestetik. Ibu guru menjadi tidak nyaman mengajar dikelas karena ruangan akan
menjadi berisik dan tidak rapi.Pada akhirnya keluarlah ungkapan bahwa si A
nakal, tidak bisa diam, dsb. Namun apabila sang guru mengerti dan
memahami gaya belajar anak didiknya tersebut, maka ibu guru akan memfasilitasi anak-
anak tersebut dengan berbagai kegiatan fisik.
Seperti diketahui gaya mengajar disekolah-
sekolah di Indonesia pada umumnya lebih cenderung mengakomodasi anak- anak yang
memiliki gaya pemrosesan analitis. Anak harus duduk tegak, tidak boleh
bersuara,dituntut untuk serius memperhatikan guru saat menerangkan didepan
kelas. Hal seperti ini tentu akan sulit diikuti oleh anak yang memiliki gaya
pemrosesan holistic(dominan otak kanan). Mereka biasanya lebih santai dan tidak
bisa duduk manis terlalu lama. Jadi perlu pemahaman dan pengetahuan bagi
seorang guru dalam mendampingi anak didiknya disekolah.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa dengan
memahami gaya belajar anak maka akan menunjang keberhasilannya. Misalnya saja
orang tua mengetahui bahwa anaknya tipe auditori , bukan berarti orang tua
mengabaikan gaya belajar yang lain. Malah seharusnya dengan melihat kelebihan
si anak, kita mencermati kekurangannya dengan memberikan stimulasi- stimulasi
sehingga semuanya berimbang.
Cara terbaik untuk memberikan stimulasi belajar
pada anak adalah memberi dukungan penuh pada minatnya dan menyediakan aneka
ragam permainan edukatif untuk menunjang pembelajaran. Misalnya si anak merasa
tidak mengerti dengan penjelasan bu guru tentang metamorfosis kupu- kupu, maka
orang tua dapat membantu dengan diskusi dirumah. Kalau perlu menyediakan CD/
film dan berbagai alat peraga (stimulasi visual) dan menyediakan sarana untuk
percobaan ( memelihara ulat dalam botol dan diamati sampai menjadi kupu- kupu) Namun
yang harus diwaspadai adalah kecenderungan orang tua yang mengetahui
“kelebihan” anaknya akan menuntut terlalu berlebihan.Akibatnya anak mendapat
tekanan lebih besar untuk menjadi yang terbaik. Hal ini tentu merugikan si anak
sendiri.
Pada dasarnya perkembangan setiap anak butuh proses
dan waktu dan pada akhirnya mereka akan mengembangkan gaya belajarnya sendiri.
Tugas kita sebagai orang tua atau guru adalah memberikan dukungan, pemeliharaan
dan perawatan proses tumbuh kembang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar